Kamis, 30 Juni 2011

Kyoto & Nara


Negeri2 di Jepang mula2 dipersatukan sebagai federasi yang lemah pada abad ke-6. Baru di abad ke-8, kekaisaran yang kuat terbentuk dengan ibukota di Nara. Pemerintahan Nara harus berbagi kekuatan dengan bangsawan Fujiwara dan agamawan Buddha, sehingga harus berpindah ke Nagaoka selama 10 tahun, lalu akhirnya berpijak di Kyoto. Kaisar beristana di Kyoto selama 1000 tahun. Namun pemerintahan praktis dipegang oleh kekuatan militer samurai yang dipimpin shogun, yang tak selalu berpusat di Kyoto. Kekuasaan shogun terlama adalah dinasti shogun Tokugawa. Ini baru berakhir pada abad ke-19, saat AS memaksa membuka isolasi Jepang, dan shogun yang terkalahkan dijatuhkan sekelompok samurai dalam revolusi yang disebut Restorasi Meiji. Kaisar Mutsuhito yang masih muda diangkat, diberi nama Tenno Meiji, dan dipindah posisinya ke Tokyo. Pemerintahan praktis dipegang oleh militer modern yang berpendidikan barat, dengan gaya agresif. Agresivitas ini meruntuhkan Jepang saat PD-II, yang sempat membuat Jepang diduduki AS. Kini, Jepang masih memiliki kaisar; namun pemerintahan dilaksanakan oleh parlemen yang dipimpin Perdana Menteri. Dan setelah soal AP-RCCC beres, aku memutuskan mengunjungi tiga ibukota Jepang: Nara, Kyoto, dan Tokyo.
Titik pertama adalah benteng Nijo. Benteng ini dibangun oleh Shogun Tokugawa yang pertama setelah perang Sekigahara di awal abad ke-17, sekaligus tempat ia menyatakan diri sebagai shogun. Tempatnya luas di bagian barat Kyoto, lengkap dengan taman yang indah. Seperti umumnya petinggi militer, para shogun ini penakut dan curiga. Maka di sekelilingnya dibangun tembok tinggi dengan parit lebar. Gedung utama memiliki lantai kayu tebal, namun dipasangi alarm yang unik, yaitu sepasang logam penderit di bawah setiap lantai. Sepelan apa pun kita melangkah, akan terdengar suara kicau burung bulbul dari bawah kaki kita.
Sayang sekali pengunjung hanya boleh mengambil foto dari luar, tidak dari dalam. Padahal di dalam kita bisa melihat suasana kehidupan shogun di ruang-ruang kerja, ruang rapat, ruang kurir, dengan dinding berlukisan kertas, dan kayu tebal utuh berukir. Benteng ini, selain tempat shogun Tokugawa pertama diangkat, juga merupakan tempat shogun Tokugawa terakhir diturunkan dalam kudeta berjudul Restorasi Meiji. Pemerintahan Tokugawa sendiri lebih banyak dilakukan dari kota Edo (yang setelah Restoraji Meiji disebut Tokyo), biarpun ibukota resmi tetap di Kyoto.
Kunjungan berikutnya, sambil menunggu waktu untuk dapat masuk ke Istana Kaisar, adalah ke kuil emas, Kinkaku-ji. Ini kuil zen yang dibangun zaman shogun Ashikaga, sebelum masa Tokugawa. Namun tentu talah dilalukan banyak renovasi sehingga ia terpelihara hingga kini. Kuil ini benar2 berlapis emas. Di puncaknya berdiam seekor phoenix emas.
Akhirnya, pada waktu yang telah ditetapkan, kami dapat datang ke Istana Kaisar di Kyoto. Berbeda dengan benteng shogun, istana ini tak dikelilingi parit. Kaisar tak sepenakut penguasa militer. Tempatnya sangat luas, dengan taman2 yang asri, dan kolam2. Benteng memiliki beberapa pintu: satu untuk shogun, satu untuk sang kaisar sendiri, dan satu untuk orang-orang lainnya. Tentu saja, setelah tidak ada shogun, Kaisar juga pindah ke Tokyo :). Kawasan ini masih dianggap sebagai situs kenegaraan. Jadi kami berjalan di dalam sambil diikuti seorang polisi yang sopan dan pendiam.
Kunjungan ke istana memakan waktu tepat 1 jam. Setelah itu, dengan bis aku ke Nara. Nara berada sekitar 1 jam perjalanan dari Kyoto, ke arah selatan melalui express way. Kotanya kecil, dan kini menjadi lokasi pemukiman baru yang modern. Namun situs pemerintahan lama masih terjaga rapi.
Memasuki kawasan kuil besar Nara, para pengunjung akan disambut oleh rusa-rusa yang hidup bebas. Ratusan rusa jinak menemani atau mengganggui para pengunjung. Tapi tak jorok. Ada petugas yang sigap setiap saat membersihkan tempat kalau rusa-rusa itu mengotori tempat. Anak-anak berseragam sekolah lebih antusias bermain dengan para rusa bebas solidaritas itu.
Melintasi gerbang besar dengan penjaga yang besar dan angker (tapi patung), kita akan melihat kuil Nara yang besar dan terkenal ke ujung bumi ini.
Di dalam kuil besar itu, tersimpan patung Buddha setinggi 15m. Konon ini yang terbesar di dunia. Patung ini dikelilingi para boddhisatva yang lebih kecil. Cukup banyak yang berdoa di sana. Aku hanya berputar sebentar, lalu menemukan tempat menarik buat me-time: sebuah tempat sepi, sejuk, asri, di tepi kolam.
Setelah riuh panjang urusan transportasi, konferensi, dan sejarah2 para penguasa, akhirnya ada tempat menarik buat diam dan merenung. Cukup lama aku di sini. Bahkan tanpa mengeluarkan gadget apa pun :). Tapi rintik hujan mulai mengganggu. Jadi, aku harus pindah ke kunjungan terakhir: wisma bangsawan Fujiwara.
Fujiwara adalah keluarga yang selama berabad2 cukup berpengaruh di kekaisaran. Rumahnya berada di tengah hutan kecil yang amat rindang. Menjelang pintu masuk, terpasang ratusan atau mungkin ribuan lentera batu yang besar. Aku membayangkan semua lentera ini dipasang saat kaisar atau tokoh penting lain datang di sore hari.
Tapi sore itu, aku memutuskan untuk beristirahat kembali ke Kyoto. Sudah harus bersiap pulang. Namun, sebelum pulang, ada satu kunjungan lagi: Tokyo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar